MATA KULIAH JURNALISTIK
ARTIKEL TENTANG KEBUDAYAAN
Dosen Pengampu : I Ketut Pasek Gunawan, M.Pd. H
Oleh :
Luh Apriantini
10.1.1.1.1.3831
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2013
Makna Filosofis Bahan-bahan dalam Canang Sari Kian di Lupakan
Sembahyang di pura bagi umat Hindu pada umumya menggunakan simbol sakral berupa sarana persembahyangan misalnya dupa, canang, bunga, kwangen, daksina dan lain-lain. Canang sari adalah salah satu sarana sembahyang yang sangat sederhana tetapi memiliki banyak makna yang terkandung didalamnya. Hampir setiap harinya, canang sari dipergunakan oleh umat Hindu untuk melaksanakan Yajna. Dalam suatu persembahyangan, canang sari tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Sebab tidak semua orang dapat dan mampu untuk dapat mempersembahkan sesajen atau haturan berupa prani dan lainnya. Dengan menghaturkan canang sari telah dianggap cukup dalam persembahyangan. Dengan demikian, canang sari adalah sarana terkecil dan paling sederhana dari suatu persembahyangan kehadapan Tuhan. Dalam kesehariannya umat Hindu selalu menghaturkan canang sari sebagai wujud sujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu canang sari merupakan sarana upakara yang paling sederhana namun sangatlah penting. Dalam bhagawad Gita IX.26, menyebutkan :
Paham puspam phalam toyam
Yo me bhaktija prayacchati
Tat aham bhakty-upahrtam
Asnami prayatatmanah
Terjemahan :
Siapapun yang dengan sujud bhakti kehadapanKu mempersembahkan sehelai daun, sebiji buah-buahan, setrguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.
Jika dicermati petikan sloka Bhagawad Gita tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan canang sari merupakan saramna upacara yang sudah cukup lengkap walau dalam sloka kecil, karena isi canang sari umunya terdiri dari daun, bunga, buahdan biji yang semua bahan itu memiliki nilai filosofi masing-masing.
Pada saat ini, banyak kita lihat bahwa canang sari di jual di kawasan kota Singaraja. Penjualan canang sari dijadikan sebagai matapencaharian bagi masyarakat Singaraja kerena terlihat banyak pedagang canang sari di beberapa tempat apalagi menjelang hari raya umat Hindu. Tetapi banyak pula kita jumpai, penjualan canang sari terkadang tidak lengkap bahan-bahan yang dipergunakan. Menurut survey ketidaklengkapan canang sari seperti tidak adanya porosan serta plawa padahal itu adalah unsur yang harus ada dalam pembuatan canang sari. Selain itu, menurut wawancara dari beberapa teman, diakui bahwa ketika membeli canang sari, bahan-bahannya tidak lengkap seperti porosan dan plawa seta bunga yang di pergunakan terkadang tidaklah bersih dan sudah busuk.
Sesungguhnya ini hal yang sangat memprihatinkan karena terkadang canang sari yang demikian juga akan tetap laku dipasaran. Pada jaman sekarang kebanyakan para ibu rumah tangga atau hampir semua kalangan umat Hindu hanya akan membeli canang sari yang sudah jadi saja tanpa memperhatikan makna filosofi dari bahan-bahan dalam pembuatan canang sari. Pada akhirnya canang sari yang di pergunakan dalam persembahnyangan sudah jauh dari makna filosofinya.
Kebanyakan canang sari yang diperjual-belikan itu tidak terdapat plawa dalam canang sari tersebut. Padahal plawa adalah salah satu komponen dalam canang sari. Plawa memiliki makna sabagaimana disebutkan dalam lontar Yajna Prakerti bahwa “plawa” berupa “kayu mas” bahasa bali adalah lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci sebab dalam pemujaan, kehadapan Tuhan sesuai manifestasinya, haruslah ditumbuhkan pikiran hening suci. Karena pikiran yang tumbuh dari kesucian dan keheningan itulah yang dapat menangkal segala bentuk pengaruh negatif atau godaan nafsu duniawi. Dengan pikiran yang hening suci, akan dapat menarik dan menghadirkan serta selanjutnya mendapatkan waranugraha Sang Hyang Widhi.
Sebagai umat Hindu hendaknya memperhatikan segala bahan yang dipergunakan dalam pembuatan canang sari agar tidak mengurangi makna yang ada. Apalagi banyak sekali pedagang canang sari yang memang kurang paham dengan hal ini, dan sudah tentu kita sebagai pembeli yang harus jeli dalam membeli canang sari yang diperjual-belikan oleh pedagang canang sari di kota Singaraja. Jangan sampai melupakan hal yang terpenting yaitu makna filosofis dari setiap bahan yang ada dalam canang sari. Dan diharapkan pula kedepannya ada pembinaan-pembinaan mengenai hal ini yang mengikutkan pedagang
I.PENOKOHAN
1. Kelompok IV (Redaksi)
II. ALUR
Alur yang digunakan adalah alur maju karena menceritakan tentang sebab yang berlanjut dengan akibat. Sebab canang sari dipergunakan setiap hari dalam persembahyangan maka akibatnya banyak pedagang canang sari di kawasan kota Singaraja yang sampai melupakan makna filosofis dari masing-masing bahan dalam canang sari tersebut.
III. PESAN
Pesan yang di sampaikan adalah hendaknya jangan sampai melupakan makna filosofis dari bahan-bahan dalam canang sari agar tidak mengurangi makna itu sendiri sebagai wujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
ARTIKEL TENTANG KEBUDAYAAN
Dosen Pengampu : I Ketut Pasek Gunawan, M.Pd. H
Oleh :
Luh Apriantini
10.1.1.1.1.3831
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2013
Makna Filosofis Bahan-bahan dalam Canang Sari Kian di Lupakan
Sembahyang di pura bagi umat Hindu pada umumya menggunakan simbol sakral berupa sarana persembahyangan misalnya dupa, canang, bunga, kwangen, daksina dan lain-lain. Canang sari adalah salah satu sarana sembahyang yang sangat sederhana tetapi memiliki banyak makna yang terkandung didalamnya. Hampir setiap harinya, canang sari dipergunakan oleh umat Hindu untuk melaksanakan Yajna. Dalam suatu persembahyangan, canang sari tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Sebab tidak semua orang dapat dan mampu untuk dapat mempersembahkan sesajen atau haturan berupa prani dan lainnya. Dengan menghaturkan canang sari telah dianggap cukup dalam persembahyangan. Dengan demikian, canang sari adalah sarana terkecil dan paling sederhana dari suatu persembahyangan kehadapan Tuhan. Dalam kesehariannya umat Hindu selalu menghaturkan canang sari sebagai wujud sujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu canang sari merupakan sarana upakara yang paling sederhana namun sangatlah penting. Dalam bhagawad Gita IX.26, menyebutkan :
Paham puspam phalam toyam
Yo me bhaktija prayacchati
Tat aham bhakty-upahrtam
Asnami prayatatmanah
Terjemahan :
Siapapun yang dengan sujud bhakti kehadapanKu mempersembahkan sehelai daun, sebiji buah-buahan, setrguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.
Jika dicermati petikan sloka Bhagawad Gita tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan canang sari merupakan saramna upacara yang sudah cukup lengkap walau dalam sloka kecil, karena isi canang sari umunya terdiri dari daun, bunga, buahdan biji yang semua bahan itu memiliki nilai filosofi masing-masing.
Pada saat ini, banyak kita lihat bahwa canang sari di jual di kawasan kota Singaraja. Penjualan canang sari dijadikan sebagai matapencaharian bagi masyarakat Singaraja kerena terlihat banyak pedagang canang sari di beberapa tempat apalagi menjelang hari raya umat Hindu. Tetapi banyak pula kita jumpai, penjualan canang sari terkadang tidak lengkap bahan-bahan yang dipergunakan. Menurut survey ketidaklengkapan canang sari seperti tidak adanya porosan serta plawa padahal itu adalah unsur yang harus ada dalam pembuatan canang sari. Selain itu, menurut wawancara dari beberapa teman, diakui bahwa ketika membeli canang sari, bahan-bahannya tidak lengkap seperti porosan dan plawa seta bunga yang di pergunakan terkadang tidaklah bersih dan sudah busuk.
Sesungguhnya ini hal yang sangat memprihatinkan karena terkadang canang sari yang demikian juga akan tetap laku dipasaran. Pada jaman sekarang kebanyakan para ibu rumah tangga atau hampir semua kalangan umat Hindu hanya akan membeli canang sari yang sudah jadi saja tanpa memperhatikan makna filosofi dari bahan-bahan dalam pembuatan canang sari. Pada akhirnya canang sari yang di pergunakan dalam persembahnyangan sudah jauh dari makna filosofinya.
Kebanyakan canang sari yang diperjual-belikan itu tidak terdapat plawa dalam canang sari tersebut. Padahal plawa adalah salah satu komponen dalam canang sari. Plawa memiliki makna sabagaimana disebutkan dalam lontar Yajna Prakerti bahwa “plawa” berupa “kayu mas” bahasa bali adalah lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci sebab dalam pemujaan, kehadapan Tuhan sesuai manifestasinya, haruslah ditumbuhkan pikiran hening suci. Karena pikiran yang tumbuh dari kesucian dan keheningan itulah yang dapat menangkal segala bentuk pengaruh negatif atau godaan nafsu duniawi. Dengan pikiran yang hening suci, akan dapat menarik dan menghadirkan serta selanjutnya mendapatkan waranugraha Sang Hyang Widhi.
Sebagai umat Hindu hendaknya memperhatikan segala bahan yang dipergunakan dalam pembuatan canang sari agar tidak mengurangi makna yang ada. Apalagi banyak sekali pedagang canang sari yang memang kurang paham dengan hal ini, dan sudah tentu kita sebagai pembeli yang harus jeli dalam membeli canang sari yang diperjual-belikan oleh pedagang canang sari di kota Singaraja. Jangan sampai melupakan hal yang terpenting yaitu makna filosofis dari setiap bahan yang ada dalam canang sari. Dan diharapkan pula kedepannya ada pembinaan-pembinaan mengenai hal ini yang mengikutkan pedagang
I.PENOKOHAN
1. Kelompok IV (Redaksi)
II. ALUR
Alur yang digunakan adalah alur maju karena menceritakan tentang sebab yang berlanjut dengan akibat. Sebab canang sari dipergunakan setiap hari dalam persembahyangan maka akibatnya banyak pedagang canang sari di kawasan kota Singaraja yang sampai melupakan makna filosofis dari masing-masing bahan dalam canang sari tersebut.
III. PESAN
Pesan yang di sampaikan adalah hendaknya jangan sampai melupakan makna filosofis dari bahan-bahan dalam canang sari agar tidak mengurangi makna itu sendiri sebagai wujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
Wynn Resorts Ltd. - JC Hospitality | Web site - JTM Hub
BalasHapusThe Wynn 충청북도 출장샵 Resorts, 경상남도 출장마사지 Limited 김천 출장안마 (RWMS) and Wynn 군포 출장샵 Resorts Limited (NASDAQ:WYNN) accounts for approximately 60,000 (approximately 하남 출장마사지 $3.7 billion) of U.S. online gaming revenue,